Kata
orang, akulah orang yang paling bahagia di dunia. Bayangkan tinggal di
banglo mewah di Kuala Lumpur dengan wang banyak, memiliki perniagaan
sendiri dan beberapa cawangan, isteri cantik dan seksi, dan semua orang
mengenalku dengan baik. Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu
yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum mendapat
anak. Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku handsome dan
berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat
berhubungan intim dengan isteri. Semua ini akibat satu kemalangan jalan
raya. Sejak itu, jika aku berhubungan dengan Marni, isteriku, aku selalu
tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Zakarku tidak mampu
berdiri. Kadang-kadang mampu berdiri tapi sebentar, belum sempat
terbenam ke cipap isteriku yang tak sabar-sabar menanti, maniku sudah
terpancut.
Beberapa
doktor telah kukunjungi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Suatu
hari aku mendengar dari teman karibku, Halim, bahawa di PJ katanya ada
seorang doktor pakar yang boleh menyembuhkan kelainan-kelainan seks
dengan kos termampu dan tanpa kesan sampingan. Lalu dengan persetujuan
isteriku, aku mengujungi klinik pakar tersebut. Klinik tersebut terletak
di suatu kawasan perumahan mewah. Pada mulanya aku malu juga, risau
ditanya yang bukan-bukan, namun bila kuingat raut wajah Marni yang
mencuka dan penuh kekecewaan bila zakarku tidak mampu tegang atau baru
masuk ke permukaan cipapnya, aku sudah ejakulasi, rasanya tidak salah
jika aku mencuba, siapa tahu ada mujizat yang terjadi.
Sewaktu
aku sampai di ruangan klinik yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis
cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu
dan kemudian memandangku dengan ramah. "Boleh saya bantu, encik?" ia
bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil.
"Cik, doktor ada?" tanyaku ragu-ragu.
"Ada,
kebetulan sekali sekarang tidak ada pesakit. Dr. Lilian bersedia
memeriksa dan merawat encik," ujarnya sambil memberi sekeping kad
berwarna hijau untuk aku isikan butir-butir mengenai diriku.
Setelah
mengisi kad rawatan, aku langsung dibawa ke bilik rawatan. Gadis yang
kemudiannya kuketahui bernama Sally itu mengetuk pintu bilik Dr. Lilian.
Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri
seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 28
tahun. Ia berambut ikal paras bahu. Oh ternyata ini doktornya, cantik
macam bintang filem Hong Kong, fikirku.
"Silakan masuk, encik" ujar doktor cantik itu sambil menunjukkan ke kerusi dan mempersilakan aku duduk.
"Terima
kasih," jawabku singkat sambil memerhati beberapa bingkai sijil dan
diploma yang digantung di dinding. Aku tertarik dengan diploma terapi
seks dari sebuah universiti di Hong Kong. Patutlah Dr. Lilian pakar
dalam rawatan kelaian seks.
Setelah
kami duduk di dalam bilik rawatan itu, Doktor Lilian kemudian mulai
menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Kerana kufikir ia
seorang doktor yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks rumah
tanggaku, aku pun mendedahkan semuanya. Salah satu pertanyaannya adalah,
"Kira-kira encik boleh tahan berapa lama dalam berhubungan mesra dengan
isteri?" atau, "Gaya apa yang paling encik sukai bila berhubungan
dengan isteri?"
Mendengar
semua jawabanku, ia pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan
sorot mata tajam ia memandangku serta berkata, "Encik Karim, saya rasa
sebaiknya kita boleh mengadakan terapi seks sekarang juga. Di sebelah
sana ada katil yang boleh encik gunakan untuk itu... Di sana saya akan
menguji ketahanan encik untuk tidak berejakulasi selama beberapa
menit... kalau memungkinkan nanti kita boleh berhubungan badan mengguna
kaedah penyembuhan lebih lanjut. Bagaimana, encik setuju?"
"Oh...
begini yang dinamakan terapi seks. Kalau begini pasti aku mau," fikirku
dalam hati. Tanpa fikir panjang lagi aku menyahut, "Baiklah... Terserah
doktor saja, saya menurut sahaja."
Dalam
fikiranku tiba-tiba muncul bayangan bagaimana kira-kira bentuk tubuh
Doktor Lilian ini nanti kalau ia telanjang. Fikiran seperti ini langsung
saja membuat zakarku tiba-tiba menegang dan keras.
Kemudian
kami berjalan menuju katil terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk
dengan bersandarkan bantal, doktor cantik itu duduk dengan bersahaja di
hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya.
Akhirnya yang tertinggal hanya coli dan celana dalamnya. "En. Karim,
silakan encik meraba-raba saya... terserah encik mau meraba bahagian
tubuh saya yang mana... nanti kita lihat berapa minit waktu yang encik
perlukan untuk ejakulasi..." perintahnya.
Tentu
saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Apatah lagi di depanku,
tubuh doktor itu begitu mulus dan putih. Teteknya saja begitu menonjol
ke depan. Mungkin ukuran 38B, seperti hendak meloncat keluar dari
penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah doktor itu, lalu lehernya yang
jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan
dan kuramas-ramas. Lalu tangan kiriku bergerak menuju celana dalamnya.
Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku
tergesa-gesa menghentikan rabaan-rabaanku. Aku berusaha segera membuka
celana panjang yang kupakai. Namun terlambat sudah. Zakarku sudah
memancut dengan derasnya. Aku hanya mampu mengepalkan tangan sambil
menutup mata. "Sial!" ujarku. Celana panjangku terutama di bagian
pangkal paha tentu saja basah berlepotan.
"Cuma
dua minit kurang 25 saat... saya rasa keadaan ini masih boleh
disembuhkan, sebelumn ini ada pesakit saya yang lebih teruk
keadaannya... asal encik mau sabar berubat tiap hari ke sini..." Doktor
Lilian meningkah setelah melihat jam tangan yang dipakainya.
Hari
itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan
pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, doktor itu
lalu berkata, "Harap encik faham... apa yang kita lakukan tadi hanyalah
sekadar untuk terapi... bukan untuk dilakukan di luar waktu kerja
saya..." Oh, aku mengerti maksudnya. Ia tidak mau kuajak keluar di luar
waktu terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Bukankah aku
setia pada isteriku.
Keesokan
harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dr. Lilian kini tidak
mengenakan coli. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar,
kencang dan amat menonjol. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti
tegak siap untuk disedut. Ia berkata, "Silakan encik mau meramas atau
mengulum atau menjilat tetek saya... terserah... saya hanya ingin tahu
encik boleh tahan berapa lama untuk tidak ejakulasi."
Tanpa
menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meramas
kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan
nikmatnya tetek itu. Aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Ia
tampak pejam celik menikmatinya. Ternyata dua minit berlalu. Dan kembali
aku mengalami ejakulasi. Spermaku terpancut hebat. Untunglah kali ini
aku masih sempat membuka zip celanaku dan mengarahkan zakarku yang sudah
tegang dan membesar itu ke timba kecil khusus untuk hasil terapi
sperma. "Dua minit lebih 5 saat... hari ini ada kemajuan, En. Karim."
jawabnya sambil melemparkan senyuman setelah semuanya selesai. "Besok
kita lanjutkan lagi. Jangan bimbang, En. Karim. Perkiraan saya pada hari
keempat nanti... waktu untuk tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari
sepuluh minit. Saya jamin." Lalu hari itu kami pun berpisah. Aku pulang
ke rumah dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya
yang akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap
diriku.
Hari ketiga...
Kali
ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dr. Lilian kini yang
mengambil inisiatif. Ia yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku
benar-benar bogel. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri. Saat ia
melakukannya, matanya tak lepas dari memandang senjataku. Entah apa yang
ada di benaknya. Yang pasti saat itu senjataku belum tegang bahkan
hingga ia membuka celana dalamnya. Ketegangan dalam diriku mungkin
sedikit sebanyak tidak membantu dalam merangsang zakar yang kumiliki.
Lalu ia duduk di pinggir katil. Kali ini dengan sengaja ia meraih
senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan tapi pasti. Sementara
tanganku dibenarkan meraba apa saja yang ada di tubuhnya. Setelah
kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan
zakarku ke mulutnya. Dengan cermat ia menjilat, menghisap dan mengulum
zakar ajaibku. Zakar 7 inci panjang terpacak gagah. Wah... hampir saja
aku terpancut. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin
mengetahui rasanya bila ia terus membelai-belai zakarku.
Ia
lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk
menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus
menghisap dan menjilat-jilat zakarku. Karena tidak tahan menghadapi
kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang
seperti akan meledak dalam diriku. Dan benar.. "Crot.. crot.. crot..
crot.." Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut doktor itu.
Entah sengaja atau tidak, Dr. Lilian tidak mau melepaskan zakarku dari
mulutnya. Wah..! Setelah pancutan maniku habis, dan zakarku dibersihkan
dengan tisu di tepi katil, kembali ia memberikan penilaian terapi yang
kujalani. "Lumayan..." katanya sambil melirik jam tangan. "Sepuluh minit
lebih... Encik pasti akan sembuh... Saya rasa pada terapi kita yang
terakhir akan benar-benar terbukti bahwa keadaan ketahanan zakar En.
Karim untuk tidak terlalu cepat pancut saat berhubungan intim adalah
normal-normal saja. Bagaimana, En. Karim mau melanjutkan terapi yang
terakhir besok?"
Tentu
saja aku mau melanjutkannya. Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu.
Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dr. Lilian tidak lagi
mengenakan apa-apa di balik baju kerjanya. Aku pun segera membuka semua
pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring
menantang di atas katil. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir,
pipi, leher hingga tetekya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan
kuuli putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun pejam celik. Kepalanya
bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal
pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina merah jambu dan
klitorisnya. Vagina putih gebu bersih tanpa bulu menjadi sasaran
lidahku. Klitoris sebesar kacang warna pink kujilat mesra. Kujulurkan
lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meramas-ramas
teteknya.
Setelah
beberapa minit, ternyata zakarku sudah berdiri tegang dan mengeras.
Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan zakarku ke liang
kewanitaannya. Dengan sekali tekan, masuklah zakarku dengan mudahnya.
Pastinya Dr. Lilian bukan perawan lagi. Tanpa susah payah aku terus
memacu dan menggerakkan zakarku agar benar-benar memuaskan dirinya. Saat
itu aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan
harap cemas di rumah, pekerjaan di pejabat yang tertangguh, dll.
Pastinya kesempatan ini tidak boleh dilepaskan. Sementara itu Dr. Lilian
terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba
untuk mengimbangi seranganku yang bertubi-tubi.
Sekitar lima belas minit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang.
Aku
merasakan kenikmatan luar biasa. "Aku ingin keluar, Dok... sebaiknya di
dalam atau..." tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan. "Di
dalam saja encik... biar nikmat..." jawabnya seadanya. Rupanya ia pun
akan mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme.
Kemaluanku seperti disembur cairan hangat dalam liang vaginanya.
Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang
vaginanya. Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata
doktor itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia
segera melirik jam tangannya dan segera membangunkanku.
"Lima
belas minit sepuluh saat... selamat En. Karim... keadaan anda kembali
normal... bahkan sangat normal.." ujarnya sambil mengenakan pakaiannya
kembali dan menyalamiku. Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu
seksnya tentu saja tertegun. Lima belas minit? Wah hebat. Aku sembuh,
Marni! Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat.
Setelah
menyelesaikan semuanya, aku pun segera pulang. Betapa bahagianya aku
sekarang. Pasti Marni akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar
dugaanku. Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu berlalu. Marni pun
mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Haidnya sudah terlambat
seminggu. Untung ada doktor seksi, Dr. Lilian.
KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
ReplyDeletedan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [6525] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI DARSA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 770 JUTA , wassalam.
DAN PESUGIHAN TUYUL
Dekat mane boleh jumpe klinik macam tu
ReplyDelete